Translate

Sabtu, 19 Januari 2013

Korban Meninggal Akibat Banjir

Sudah 11 orang yang dilaporkan meninggal sejak bencana banjir landa Jakarta. Banjir yang mengepung Jakarta selama beberapa hari belakangan ini terus memakan korban jiwa. Pada Jumat (18/1), setidaknya terdapat dua warga Jakarta Timur yang menjadi korban meninggal dunia dan seorang lainnya masih dinyatakan hilang. Jumlah ini menambah daftar warga Ibukota yang meninggal dunia. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sebelumnya merilis selama banjir mengepung Jakarta sejak Selasa (15/1) lalu, sudah 11 orang yang meninggal dunia. Pada Jumat malam, seorang warga bernama Juhariah (41), ditemukan tewas mengambang di rumahnya yang terendam banjir setinggi sekitar 50 cm, di Jalan Permata II RT 04/06, Kampung Melayu, Jakarta Timur, sekitar pukul 23.30 WIB, Jumat (18/1) malam, oleh seorang anaknya bernama Sandi (23). Salah seorang tetangga korban bernama Nano (55) menuturkan, dirinya sedang di depan rumahnya sendiri yang berhadapan langsung dengan rumah korban saat mendengar suara barang jatuh. Saat itu, Nano berpikir suara tersebut berasal dari benda seperti televisi yang jatuh di dalam rumah korban yang dalam keadaan terkunci. "Saya tidak berani dobrak. Saya minta tolong keponakan saya, Riki (30) untuk memanggil anaknya, Sandi yang lagi di luar rumah," kata Nano saat ditemui di lokasi kejadian, Sabtu (19/1) dinihari. Dikatakan Nano, peristiwa suara benda jatuh itu sesaat teralihkan saat dirinya mendengar adanya teriak kebakaran tak jauh dari rumahnya. Setelah memastikan tidak ada rumah yang terbakar, dia teringat untuk mencari anak Juhariah. "Saya minta tetangga untuk telepon dan panggil anaknya," kata dia. Tak lama, Sandi, anak kedua korban datang, dan menemukan rumahnya terkunci. Dia segera berenang di samping rumahnya yang terendam air setinggi sekitar 1,5 meter untuk memutar dan masuk lewat pintu belakang. Tak berapa lama, terdengar teriakan dari dalam rumah. "Tetangga-tengga buru-buru mendobrak pintu depan rumah, dan melihat korban sudah mengambang," katanya. Dikatakan Nano, korban langsung dievakuasi warga ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) untuk dimandikan sebelum disalatkan di Musala Darussalam. "Semula mau di Musala Khaerul Anam, tapi karena musala itu dipakai untuk pengungsi, korban disalatkan di Musala Darussalam," katanya. Novi (23), anak pertama korban, menuturkan ketika dirinya pergi untuk kerja pada siang hari, ibunya yang menderita epilepsi dan darah tinggi dalam keadaan sehat. Namun, saat pulang kerja, dia sudah menemukan sang ibu terbujur kaku di Musala Darussalam. "Saya tidak tahu bagaimana ceritanya, tahu-tahu sudah di musala. Memang ibu punya penyakit epilepsi, tapi terakhir diperiksa sudah membaik, dan terakhir sehat," katanya. Ketua RT 04/06, Edi Patinama mengatakan warganya itu kukuh tak ingin keluar dari rumah dan tinggal sementara ke lokasi pengungsian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar